Cinta
mencari makna dibalik kata.. Selama ini Cinta terus berpetualang
mencari kebenaran makna dari namanya.”Cinta”. Ya. Satu kata. Hanya satu
kata. Tapi Cinta bingung akan arti dari kata itu, mengapa namanya
“cinta”? Apa sesungguhnya keunikan dari namanya itu? Mengapa Cinta
selalu merasa senang bila teman-temannya memanggil namanya dengan
“cinta”. Apa artinya cinta?
*****
Petualangan
dimulai. Cinta melewati taman yang biasa dia kunjungi kala dia ingin
sendiri. Dia bertanya pada mawar yang cantik, "mawar, kau tahu arti
cinta? Menurut kau, apa cinta pernah bersedih? Seperti apa ketika cinta
bersedih? Mawar, ku ingin tahu arti cinta. Kau bisa menjawabnya?”
Hanya desah angin yang menyambutnya, mawar tak menjawab pertanyaan itu.
Tentu
saja cinta tak putus asa, kupu-kupu menghampiri, dan Cintapun bertanya
padanya. “Kau tahu apa yang disebut dengan cinta, tidak? Aku bertanya
pada mawar, namun dia tak menjawab pertanyaanku sedikitpun. Apa kau bisa
membantuku? Ayolaaah, kau tahu aku sering berlama-lama disini untuk
menikmati keindahan rumahmu ini, masa kau tak mau membantuku? Sekedar
menjawab pertanyaanku saja. Atau kau sudah berkomplot dengan mawar untuk
tak mau memberitahukan aku? Mengapa?”
Huft… mengapa mereka semua tak mau membantuku? Siapa yang bisa
membantuku? (sejenak befikir)
Aha! Aku tahu!
Mungkin laut bisa membantuku… Ya. Dia kan bisa menenangkanku dengan kesejukkan pantainya. Mungkin dia baik padaku, aku kesana ah!
Dia memutuskan untuk pergi ke pantai hari itu juga. Karena saking semangatnya dia untuk mendapatkan kepastian tentang makna dari namanya.
Sejuknya…..
sudah lama aku tak kemari. Hmmm…tak ada yang berubah, sama seperti 2
tahun lalu. Kala aku bersama sahabatku merayakan hari persahabatan kami
dengan bermain di pantai ini. BTW, bicara tentang sahabatku,
bagaimana ya kabarnya saat ini? Semoga Alloh senantiasa menjaganya,
melapangkan kuburnya, dan menerangkan tempat peristirahatannya. “Aku
rindu kamu,sahabat…
Tiba-tiba air matanya menetes, dia tak bisa menahan kerinduan pada
sahabatnya…. “Huuh.. sudahlah tak perlu ada tangis. Aku yakin kau juga
merindukanku..
*****
Cinta
melepas sandalnya, kebetulan sekali tak ada orang selain dia disini…
waaahh... Cinta sedikit berlari agak ke tengah pantai, dia kemudian
berteriak, bertanya pada ombak laut. “Halooo… Apa kau bisa mendengarku?”
Hanya suara burung yang menyapanya. Tak apa
“Baik, kau tahu aku kesini untuk apa? Kali ini aku tak bersama sahabatku, tapi aku bersama puluhan tanya yang ingin aku lontarkan padamu. Boleh?”
Namun
kali ini desir ombak seakan meresponnya, dan cintapun tak mau
menyia-nyiakan kesempatan ini. “Apa kau tahu tentang cinta? Apa kau tahu
seperti apa cinta itu? Mengapa dinamakan cinta? Ya. C I N T A." Desah
angin semilir yang setia merespon perkataannya, laut tak bisa menjawab.
Mengapa?
“Mengapa
tak ada yang mau menjawab pertanyaanku?”
Cintapun sedih. Dia memutuskan untuk pulang. Tapi TIDAK untuk menyerah.
“Okey, kau tak bisa menjawabnya?! Baiklah,mungkin kau marah padaku
karena aku melupakanmu? karena aku sudah jarang mengunjungimu? Hmm..lain
waktu aku kesini lagi untuk memberitahukan padamu, setelah aku mendapat
jawabannya. Entah dari siapa.” Cintapun meninggalkan laut itu.
“Hei Cin, kemarin kamu kemana aja sih? Aku hubungi HaPe kamu, nggak aktif terus?"
"Mau tahu aja. Sudah bel tuh."
"Huh Cinta payah nih. Begitu aja marah. Ntar cepet tua loh! Hehe bercanda...”
"Uuughh. Astrid ganggu aja nih. (gerutu Cinta)
*****
Pelajaran
matematika dan sosiologi berlalu tak ada arti, Cinta masih saja
memikirkan pertanyaan-pertanyaannya tentang “cinta”. Tak ada sedikitpun
materi yang nyangkut di otaknya. Hhhh..
Bel istirahat berdering. Cinta menuju masjid untuk sholat dhuha, dia
sedang malas makan, malas mengobrol juga dengan teman-temannya. Seperti
biasa anak-anak ROHIS sekolahnya mendominasi masjid kala itu.
“Assalaamu’alaikum Cin. Senang deh, lihat kamu akhir-akhir ini di masjid.” Nisa orang pertama yang menyapa Cinta di masjid ini.
“Eh.ehmm.. Iya Nis, aku mau sholat dhuha. Hehe.”
“Aku duluan ke atas ya, Cin.”
“iya”
Cinta menjawab seadanya. Dia memang baru ingin ambil wudhu. Hmm.. air wudhu memang menenangkan ya. Sejuk, nyaman.
Selesai sholat Cinta berdo’a. Dia duduk di pojok shaf paling
depan, berdo’a dalam hati, ya. Kata Nisa, Alloh mendengar do’a hambaNya
walaupun dalam hati. Asalkan dipanjatkan dengan tulus dan khusyu,
InsyaAlloh Akan terkabul.. Dia berdo’a banyak. Tentang keluarga,
sekolah, teman-temannya, sahabatnya.
“Hmm.. Aneh, aku kan tadi sholat paling belakang, kok malah yang duluan selesai ya…” Cinta geli sendiri… Haha kacau nih..
Akhirnya Cinta kembali ke kelasnya, weleh,sudah bel masuk aja! (Cinta kesal)
Yupz… saatnya pelajaran sejarah…. Bukannya mendengarkan Pak Yunus menjelaskan tentang sejarah Indonesia, malah
nulis-nulis yang lain di buku catatan. Habis, Cinta memang sedang tak
lagi fokus hari ini. Kerjaannya hanya diam, nulis-nulis, corat-coret
kertas…huuuuhhh… bosan!
CINTA
Tersamarkan oleh bayangmu sendiri
Tak bisa ku melihatmu nyata
CINTA
Seperti apa kau sebenarnya?
Betapa sulit untukku mengetahui tentangmu?
Apa kau begitu rahasia? Sehingga ku tak boleh mengintip sedikit saja rupamu
CINTA
Seperti apa kau, aku akan tetap mencarimu
Itulah salah satu tulisannya hari ini, benar-benar menggambarkan bahwa Cinta sangat ingin tahu tentang “cinta”.
“Huhh.. Akhirnya pulang juga.. Hari ini tak ada yang menyenangkan”
Seperti biasa dia ingin langsung pulang ke rumah. Tanpa cuap-cuap dulu dengan teman-teman. Tiba-tiba di depan gerbang sekolah, ada suara yang meneriakkan namanya dari belakang. Oh ternyata Nisa. “hmm..ada apa ya?” (hatiku bertanya)
“Assalaamu’alaikum, sudah mau pulang ya Cinta?”
“Wa’alaikumsalam. Iya nih, memang ada apa?”
“Besok ada acara rihlah ROHIS di villa Delima, Bogor. Kamu mau ikut?”
“Hmm.. Ehhh tapi aku kan selama ini nggak aktif di ROHIS, Nis. Memang boleh?”
“Ya tidak apa-apa dong, kamu juga bagian dari ROHIS.. Kamu ikut ya.. InsyaAlloh bermanfaat. Bagaimana?”
“Hmm.. Aku fikirkan dulu ya. Nanti aku kabari kamu lagi”
“Baik.. Kalau begitu aku kembali ke masjid lagi ya, masih ada syuro. Assalaamu’alaikum, hati-hati ya Cinta”
“Wa’alaikumsalam.”
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Cinta memikirkan ajakan Nisa tadi. Hmm.. Bagaimana ya? Apa aku terima saja ajakan dari Nisa tadi,,, habisnya aku bosan kalau menikmati hari libur sendirian.. “Hmm…oke deh! Aku ikut ah….”
Seperti kebiasaannya sehari-hari, sudah terdengar azan maghrib, Cinta tidak langsung sholat tetapi makan dulu.
“Mbok, aku laper. Ada makanan apa?” Cinta menuruni anak tangga, dan meneriaki mboknya dengan agak manja. (Kamar Cinta memang berada di lantai dua, dia tak suka keramaian. Hanya kamarnya yang berada di lantai atas).
“Sudah azan Non, ndak sholat dulu saja?” mbok Tuti yang sedang mencuci piring, menyahuti Cinta.
“Tapi aku laper, mbok… Tadi aku nggak makan di sekolah.” Cinta membuka tudung saji di meja makan.
“Asik… Waahh si mbok tahu aja kalau aku lagi mau makan rendang daging…” Cinta tertawa senang karena dia akan melahap makanan kesukannya.
“Yeee si non Cinta senang sekali rupanya. Itu tadi Ibu yang meminta mbok masak daging rendang kesukaan non Cinta. Yasudah dimakan ya, non. Mbok mau sholat dulu.
“Oce, mbok…. Hehey”. Cinta segera mengambil piring, mengambil nasi serta tak lupa daging rendang kesukannya, dan memakannya dengan lahap sekali.
Beberapa saat berlalu... “Makannya sudah, non?”
“Eh... Si mbok ngagetin aku saja. Iya sudah. Aku keatas dulu ya,mbok. Daaaa….” Cinta meninggalkan mbok Tuti dengan tersenyum.
Selesai makan, Cinta sholat maghrib. Habis itu bukannya ngaji, melainkan dia pergi ke taman belakang rumahnya. Di belakang rumahnya memang ada taman. Tidak begitu luas, tapi pemandangannya cukup bagus. Seperti biasa Cinta merebahkan dirinya di atas rumput. Menghadap ke atas. Ke langit hitam, yang kala itu banyak sekali bintang-bintang menghiasinya. Cinta senang dengan suasana seperti ini. Lalu Cintapun tetap kepikiran dengan pertanyaannya seputar “cinta”.
“Bintang, apa kau sudah mengerti apa arti cinta? Mengapa sih namanya cinta? Apa sebenarnya yang ada di diri cinta? Mengapa orang-orang bilang, cinta itu indah. Huft.. Seperti apa keindahan cinta itu? Bintang, mengapa tak ada yang mau memberitahuku jawabannya?”
Cinta memejamkan matanya, masuk ke fikirannya terdalam, mencari dimana sosok cinta itu berada. Seperti apa dia, membayangi indahnya lautan, sejuknya pegunungan, orang-orang yang di kasihi. Tetapi masih belum bisa menemukan sosok cinta itu. Beberapa menit dia terpejam, lalu bangkit. Melihat ke arah langit, dan berkata “Apa langit juga tidak bisa menjawabnya? Baiklah. Mulai sekarang aku tak akan menanyakan tentang cinta lagi pada siapapun. Sudah beberapa kali aku bertanya, tapi tak ada yang bisa menjawabnya. Sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi.
Lalu Cinta segera kembali ke kamarnya. Untuk melanjutkan aktifitasnya. Dia membuka HaPenya, ada sms dari Nisa. “asslm. Cinta, bagaimana? Kau mau ikut,tidak?” (Nisa menanyakan kembali tentang keikutsertaan Cinta untuk rihlah besok. Cinta membalas smsnya, “wsslm. Iya aku mau ikut, Nis. Apa saja yang harus dipersiapkan ya?"
Tak menunggu beberapa lama,sms balasan dari Nisa tiba.
“Persiapkan barang-barang pribadimu, kesehatanmu juga. Besok ada kegiatan yang cukup menguras tenaga, tapi insya Alloh ada hikmahnya. Sampai bertemu esok ya.(^_^)..."
Cinta membayangi apa yang akan terjadi esok. Akankah dia akan senang berada disana, bersama teman-teman ROHISnya yang tak banyak dikenalnya. Ataukah dia akan diacuhkan. Huft.. Cinta memasukkan barang-barang yang akan dibawa esok untuk acara rihlah. Semoga esok menyenangkan.
Yupz… Hari inipun tiba.. Cinta bergegas pergi ke sekolah, mereka berangkat ke Bogor dari sekolah mereka menggunakan bus berAC.. Cinta melihat teman-temannya membawa barang-barang banyak… Dia memang tidak seperti cewek-cewek lain yang terkesan “ribet”, dia orangnya sederhana, tak mau yang ribet-ribet. Cinta senyum-senyum sendiri melihat teman-temannya kerepotan membawa barang-barang mereka..
“Assalaamu’alaikum, Cinta.. Alhamdulillaah kamu datang.. Bagaimana? Semangat? (Nisa tersenyum)”
“Wa’alaikumsalam.. Iya semangat!”
“Duduk bareng aku yuk, di bus!”
“Hmm..oke.”
Mereka berdua berjalan menuju bus, sesekali mereka bertatapan sambil tersenyum.. Di bus mereka bersenda gurau, sama seperti yang lainnya. Ada yang ngemil, facebookan, ada juga yang tertidur. Wajar, bagaimanapun juga mereka masih usia remaja. Malah ada yang sedang membahas mengenai terorisme yang selama ini identik dengan Islam. Wow!! Cinta begitu menikmati percakapannya bersama Nisa. Cinta tak menyangka ternyata Nisa asik juga kalau bercanda. Dan anak-anak Rohis ternyata tak seperti bayangannya selama ini, mereka justru lebih menarik, pembicaraannya tak sia-sia, tidak seperti teman-teman Cinta selama ini. Jika Cinta sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya itu, paling topiknya kalau bukan masalah pacaran, cowo, artis.. Hmm… Entah mengapa keinginan Cinta muncul lagi, dia ingin menanyakan hal itu pada Nisa, dia ingin tahu bagaimana pendapat Nisa tentang “cinta”. Dengan sedikit ragu-ragu, Cinta memaksakan keinginannya. “Ehm, Nis. Boleh aku tanya sesuatu?”
“Boleh, ada apa sih, Cin?”
Sementara teman-teman yang lain sedang seru dengan urusannya masing-masing, Cinta dan Nisa tampaknya mulai berganti rona wajah menjadi agak serius..
“Menurutmu, apa sih artinya cinta?” Glek! Nisa benar-benar terkejut dengan pertanyaan teman yang baru-baru ini dekat dengannya itu.
“Hmm..cinta? Cinta bertanya tentang cinta?”
“Ayolah Nis, aku penasaran dengan itu. Kamu bisa menjawabnya kan? Aku hanya ingin tahu.”
Sementara itu, waktu perjalanan menuju tempat rihlah hampir usai. Teman-teman mulai memasukkan handphonenya ke dalam tas, menyimpan kembali cemilannya, menunda pembicaraannya mengenai terorisme tadi. Dan begitupula dengan Nisa dan Cinta.
“Cin, insya Alloh aku akan jawab pertanyaanmu, tapi tidak sekarang ya. Sekarang lebih baik kita sungguh-sungguh di acara ini. Dijamin pulang dari sini, akan ada perubahan deh! Hehehe.” Nisa mencoba membuat Cinta tak bersedih.
“Hmm.. Begitu ya?.. Baiklah aku tunggu jawabanmu ya.. Hehe..
Alhamdulillah sampai dengan selamat. Yupz.. Cinta harus mengikuti ini dengan baik dan penuh semangat!! Setibanya mereka disana, langsung menuju kamar masing-masing yang sudah ditentukan panitia. Cintapun keliling mencari namanya di pintu-pintu kamar, dan dia menemukan namanya di kamar nomor 07. Ternyata dia satu kamar dengan Nisa!! Ini kebetulan sekali, pikirnya. Hey! Nisa menepuk bahu Cinta dari belakang, sambil tersenyum.
“Haduh, Nisa. Kaget nih! hehe.”
“Duuu.. Iya deh maaf. Hmm.. Kita satu kamar ya? Alhamdulillah..
“Iya nih, asiiikkk… Hahaha…” Cinta dengan gaya nya yang ceria sedikit mengundang perhatian teman-teman yang lain,,
“Hush, Kamu ini berisik.. Malu tuh dilihatin teman-teman.” Nisa sedikit menegur Cinta, tetapi dengan senyum. Cinta langsung ciut, ketika tersadar banyak mata yang mengarah kepadanya. Dan tidak sedikit yang menertawainya.
“Hehe, uughh.. Nis, kunci kamarnya mana? Masuk yuk..” Nisa begitu bersyukur karena telah kenal orang yang ceria seperti Cinta..
“Ini kuncinya.. Masuk yuk. Assalaamu’alaikum..” Nisa yang membuka pintu kamar itu.
Acara dibuka dengan pembukaan di aula villa ini, pemberitahuan susunan kegiatan, tata tertib, do’a, dan sebagainya. “Nis, mentoring itu apa sih? Kok acara ini didominasi dengan itu?”
“Ooh,, iya. Mentoring itu kajian tentang Islam,Cin. Yang tujuannya adalah memfollow up ibadah kita, pengetahuan kita tentang Islam, berbagi cerita dan ilmu, dsb. Begitu… Hehe.” “Ooh.. Tapi selama ini aku belum pernah ikut, Nis..”
“Tidak apa-apa. Justru kamu bisa memulainya dari acara ini, ya kan?”
*****
Mawar itu cinta
Laut itu cinta
Bintang itu cinta
Karena semua Dia ciptakan dengan cinta
*****
“Huhh.. Akhirnya pulang juga.. Hari ini tak ada yang menyenangkan”
Seperti biasa dia ingin langsung pulang ke rumah. Tanpa cuap-cuap dulu dengan teman-teman. Tiba-tiba di depan gerbang sekolah, ada suara yang meneriakkan namanya dari belakang. Oh ternyata Nisa. “hmm..ada apa ya?” (hatiku bertanya)
“Assalaamu’alaikum, sudah mau pulang ya Cinta?”
“Wa’alaikumsalam. Iya nih, memang ada apa?”
“Besok ada acara rihlah ROHIS di villa Delima, Bogor. Kamu mau ikut?”
“Hmm.. Ehhh tapi aku kan selama ini nggak aktif di ROHIS, Nis. Memang boleh?”
“Ya tidak apa-apa dong, kamu juga bagian dari ROHIS.. Kamu ikut ya.. InsyaAlloh bermanfaat. Bagaimana?”
“Hmm.. Aku fikirkan dulu ya. Nanti aku kabari kamu lagi”
“Baik.. Kalau begitu aku kembali ke masjid lagi ya, masih ada syuro. Assalaamu’alaikum, hati-hati ya Cinta”
“Wa’alaikumsalam.”
*****
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Cinta memikirkan ajakan Nisa tadi. Hmm.. Bagaimana ya? Apa aku terima saja ajakan dari Nisa tadi,,, habisnya aku bosan kalau menikmati hari libur sendirian.. “Hmm…oke deh! Aku ikut ah….”
Seperti kebiasaannya sehari-hari, sudah terdengar azan maghrib, Cinta tidak langsung sholat tetapi makan dulu.
“Mbok, aku laper. Ada makanan apa?” Cinta menuruni anak tangga, dan meneriaki mboknya dengan agak manja. (Kamar Cinta memang berada di lantai dua, dia tak suka keramaian. Hanya kamarnya yang berada di lantai atas).
“Sudah azan Non, ndak sholat dulu saja?” mbok Tuti yang sedang mencuci piring, menyahuti Cinta.
“Tapi aku laper, mbok… Tadi aku nggak makan di sekolah.” Cinta membuka tudung saji di meja makan.
“Asik… Waahh si mbok tahu aja kalau aku lagi mau makan rendang daging…” Cinta tertawa senang karena dia akan melahap makanan kesukannya.
“Yeee si non Cinta senang sekali rupanya. Itu tadi Ibu yang meminta mbok masak daging rendang kesukaan non Cinta. Yasudah dimakan ya, non. Mbok mau sholat dulu.
“Oce, mbok…. Hehey”. Cinta segera mengambil piring, mengambil nasi serta tak lupa daging rendang kesukannya, dan memakannya dengan lahap sekali.
Beberapa saat berlalu... “Makannya sudah, non?”
“Eh... Si mbok ngagetin aku saja. Iya sudah. Aku keatas dulu ya,mbok. Daaaa….” Cinta meninggalkan mbok Tuti dengan tersenyum.
*****
Selesai makan, Cinta sholat maghrib. Habis itu bukannya ngaji, melainkan dia pergi ke taman belakang rumahnya. Di belakang rumahnya memang ada taman. Tidak begitu luas, tapi pemandangannya cukup bagus. Seperti biasa Cinta merebahkan dirinya di atas rumput. Menghadap ke atas. Ke langit hitam, yang kala itu banyak sekali bintang-bintang menghiasinya. Cinta senang dengan suasana seperti ini. Lalu Cintapun tetap kepikiran dengan pertanyaannya seputar “cinta”.
“Bintang, apa kau sudah mengerti apa arti cinta? Mengapa sih namanya cinta? Apa sebenarnya yang ada di diri cinta? Mengapa orang-orang bilang, cinta itu indah. Huft.. Seperti apa keindahan cinta itu? Bintang, mengapa tak ada yang mau memberitahuku jawabannya?”
Cinta memejamkan matanya, masuk ke fikirannya terdalam, mencari dimana sosok cinta itu berada. Seperti apa dia, membayangi indahnya lautan, sejuknya pegunungan, orang-orang yang di kasihi. Tetapi masih belum bisa menemukan sosok cinta itu. Beberapa menit dia terpejam, lalu bangkit. Melihat ke arah langit, dan berkata “Apa langit juga tidak bisa menjawabnya? Baiklah. Mulai sekarang aku tak akan menanyakan tentang cinta lagi pada siapapun. Sudah beberapa kali aku bertanya, tapi tak ada yang bisa menjawabnya. Sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi.
Lalu Cinta segera kembali ke kamarnya. Untuk melanjutkan aktifitasnya. Dia membuka HaPenya, ada sms dari Nisa. “asslm. Cinta, bagaimana? Kau mau ikut,tidak?” (Nisa menanyakan kembali tentang keikutsertaan Cinta untuk rihlah besok. Cinta membalas smsnya, “wsslm. Iya aku mau ikut, Nis. Apa saja yang harus dipersiapkan ya?"
Tak menunggu beberapa lama,sms balasan dari Nisa tiba.
“Persiapkan barang-barang pribadimu, kesehatanmu juga. Besok ada kegiatan yang cukup menguras tenaga, tapi insya Alloh ada hikmahnya. Sampai bertemu esok ya.(^_^)..."
Cinta membayangi apa yang akan terjadi esok. Akankah dia akan senang berada disana, bersama teman-teman ROHISnya yang tak banyak dikenalnya. Ataukah dia akan diacuhkan. Huft.. Cinta memasukkan barang-barang yang akan dibawa esok untuk acara rihlah. Semoga esok menyenangkan.
*****
Yupz… Hari inipun tiba.. Cinta bergegas pergi ke sekolah, mereka berangkat ke Bogor dari sekolah mereka menggunakan bus berAC.. Cinta melihat teman-temannya membawa barang-barang banyak… Dia memang tidak seperti cewek-cewek lain yang terkesan “ribet”, dia orangnya sederhana, tak mau yang ribet-ribet. Cinta senyum-senyum sendiri melihat teman-temannya kerepotan membawa barang-barang mereka..
“Assalaamu’alaikum, Cinta.. Alhamdulillaah kamu datang.. Bagaimana? Semangat? (Nisa tersenyum)”
“Wa’alaikumsalam.. Iya semangat!”
“Duduk bareng aku yuk, di bus!”
“Hmm..oke.”
Mereka berdua berjalan menuju bus, sesekali mereka bertatapan sambil tersenyum.. Di bus mereka bersenda gurau, sama seperti yang lainnya. Ada yang ngemil, facebookan, ada juga yang tertidur. Wajar, bagaimanapun juga mereka masih usia remaja. Malah ada yang sedang membahas mengenai terorisme yang selama ini identik dengan Islam. Wow!! Cinta begitu menikmati percakapannya bersama Nisa. Cinta tak menyangka ternyata Nisa asik juga kalau bercanda. Dan anak-anak Rohis ternyata tak seperti bayangannya selama ini, mereka justru lebih menarik, pembicaraannya tak sia-sia, tidak seperti teman-teman Cinta selama ini. Jika Cinta sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya itu, paling topiknya kalau bukan masalah pacaran, cowo, artis.. Hmm… Entah mengapa keinginan Cinta muncul lagi, dia ingin menanyakan hal itu pada Nisa, dia ingin tahu bagaimana pendapat Nisa tentang “cinta”. Dengan sedikit ragu-ragu, Cinta memaksakan keinginannya. “Ehm, Nis. Boleh aku tanya sesuatu?”
“Boleh, ada apa sih, Cin?”
Sementara teman-teman yang lain sedang seru dengan urusannya masing-masing, Cinta dan Nisa tampaknya mulai berganti rona wajah menjadi agak serius..
“Menurutmu, apa sih artinya cinta?” Glek! Nisa benar-benar terkejut dengan pertanyaan teman yang baru-baru ini dekat dengannya itu.
“Hmm..cinta? Cinta bertanya tentang cinta?”
“Ayolah Nis, aku penasaran dengan itu. Kamu bisa menjawabnya kan? Aku hanya ingin tahu.”
Sementara itu, waktu perjalanan menuju tempat rihlah hampir usai. Teman-teman mulai memasukkan handphonenya ke dalam tas, menyimpan kembali cemilannya, menunda pembicaraannya mengenai terorisme tadi. Dan begitupula dengan Nisa dan Cinta.
“Cin, insya Alloh aku akan jawab pertanyaanmu, tapi tidak sekarang ya. Sekarang lebih baik kita sungguh-sungguh di acara ini. Dijamin pulang dari sini, akan ada perubahan deh! Hehehe.” Nisa mencoba membuat Cinta tak bersedih.
“Hmm.. Begitu ya?.. Baiklah aku tunggu jawabanmu ya.. Hehe..
*****
Alhamdulillah sampai dengan selamat. Yupz.. Cinta harus mengikuti ini dengan baik dan penuh semangat!! Setibanya mereka disana, langsung menuju kamar masing-masing yang sudah ditentukan panitia. Cintapun keliling mencari namanya di pintu-pintu kamar, dan dia menemukan namanya di kamar nomor 07. Ternyata dia satu kamar dengan Nisa!! Ini kebetulan sekali, pikirnya. Hey! Nisa menepuk bahu Cinta dari belakang, sambil tersenyum.
“Haduh, Nisa. Kaget nih! hehe.”
“Duuu.. Iya deh maaf. Hmm.. Kita satu kamar ya? Alhamdulillah..
“Iya nih, asiiikkk… Hahaha…” Cinta dengan gaya nya yang ceria sedikit mengundang perhatian teman-teman yang lain,,
“Hush, Kamu ini berisik.. Malu tuh dilihatin teman-teman.” Nisa sedikit menegur Cinta, tetapi dengan senyum. Cinta langsung ciut, ketika tersadar banyak mata yang mengarah kepadanya. Dan tidak sedikit yang menertawainya.
“Hehe, uughh.. Nis, kunci kamarnya mana? Masuk yuk..” Nisa begitu bersyukur karena telah kenal orang yang ceria seperti Cinta..
“Ini kuncinya.. Masuk yuk. Assalaamu’alaikum..” Nisa yang membuka pintu kamar itu.
Acara dibuka dengan pembukaan di aula villa ini, pemberitahuan susunan kegiatan, tata tertib, do’a, dan sebagainya. “Nis, mentoring itu apa sih? Kok acara ini didominasi dengan itu?”
“Ooh,, iya. Mentoring itu kajian tentang Islam,Cin. Yang tujuannya adalah memfollow up ibadah kita, pengetahuan kita tentang Islam, berbagi cerita dan ilmu, dsb. Begitu… Hehe.” “Ooh.. Tapi selama ini aku belum pernah ikut, Nis..”
“Tidak apa-apa. Justru kamu bisa memulainya dari acara ini, ya kan?”
*****
Satu per satu acara terlewati, ternyata Cinta tidak merasa bosan disini. Malah dia bisa mendapat teman-teman baru, di kegiatan games yang mengasikkan.
Tema
mentoring hari ini yaitu "Mengenal Alloh". Huft teman-teman Cinta yang
lain cukup serius memperhatikan materi yang disampaikan oleh kakak
pembimbing kelompok, sementara yang ada di benak Cinta saat ini "Mengapa
kita mesti mengenal Alloh? memangnya untuk apa kita harus kenal Alloh?"
Seperti dapat membaca fikiran Cinta, Kak Fitri menjelaskan dengan nada santai
"Hmmm...
Kita perlu tahu tentang yang menciptakan kita, tentang yang memiliki
kita, tentang yang mengatur seluruh kehidupan kita. Tak kenal maka tak
sayang, hehehe. Maksudnya begini, bagaimana kita bisa mencintai Alloh,
sementara kita sendiri belum mengenalnya? Nah, mengenal Alloh itu ada
beberapa cara, misalnya kita mengenali wujud Alloh, mengesakan Alloh,
dan melakukan segala perbuatan karena Alloh. Mengenali Alloh itu nggak
hanya di dalam masjid, atau di majelis ilmu seperti ini. Tapi, ketika
kita tersandung batu pun itu sebenarnya kita bisa juga mengenali Alloh,
bahwa setiap kejadian yang kita alami itu sudah Alloh tetapkan untuk
kita. Kenali diriKu, maka kau akan mengenali tiap jengkal kehidupanmu."
Penjelasan terus berlanjut, tapi Cinta menggarisbawahi perkataan "Mencintai Alloh".
Cinta.
Ya. Kata itu sepertinya banyak sekali yang menggunakan. Cinta tak
mengerti mengapa kata itu mudah sekali dipakai oleh orang-orang?
Termasuk namanya sendiri, juga pembahasan mentoring kali ini.
*****
Malam pun tiba, saat seperti ini paling Cinta suka karena dia dapat leluasa menatap gemintang di langit Bogor yang kelam.
"Cin,, kok kamu disini? nggak ikut manggang jagung dengan yang lain?"
"Eh kamu, Nis. Nggak ah,, aku lebih suka disini. Lihat deh, bintangnya banyak ya."
Nisa duduk bersebelahan dengan Cinta, sama-sama menatap langit yang malam ini nampak cantik sekali.
"Bintang-bintang itu terlihat indah dimatamu, karena kamu menatapnya dengan cinta.."
Tiba-tiba Nisa memecah kesunyian malam dengan kata-kata yang tidak disangka oleh Cinta.
"Maksudmu apa, Nis?"
Nisa
tersenyum. "Jika kau bertanya padaku apa arti cinta, maka akan ku
jawab, cinta itu adalah sebuah kata, yang mampu diartikan sendiri oleh
cinta. Ia tak punya arti baku, ia tak mampu terdefinisi. Ia hanya CINTA.
Hanya itu."
"Aku belum mengerti maksud penjelasanmu, Nis."
"Cinta,,
hanya kamu yang dapat mengartikan arti cinta itu sendiri. Ia tidak
punya wujud. Apa yang kamu rasa, apa yang kamu lihat, walau dengan mata
terpejam pun kamu dapat merasakan cinta. Kamu akan dapat mengenali
cinta, jika kamu dapat mengenali dirimu sendiri."
"Apakah cinta itu terbatas?"
"Tidak,
Cinta. Ia tak terbatas. Sama halnya dengan sabar. Sabar itu tiada
batas. Apa yang lahir dari kesabaran, akan menghasilkan kekuatan. Apa
yang kamu lihat dengan cinta, juga akan melahirkan kekuatan."
"Aku mulai mengerti, Nis."
Nisa tersenyum bangga dengan temannya ini,
"Aku ke aula tengah dulu ya, panitia mau ada briefing buat kegiatan besok. Nanti kamu langsung ke kamar saja ya, sudah semakin larut."
"Iya, Nis. Aku masih ingin disini sebentar lagi"
Nisa pun melangkah meninggalkan Cinta
yang masih duduk di atas rumput hijau, di bawah langit malam. Dia
kembali menatap gemintang yang semakin banyak seiring makin pekatnya
langit kota Bogor malam ini.
CINTA
Engkau ternyata tiada rupa
Hanya seuntai kata
Yang penuh romansa
Mawar itu cinta
Laut itu cinta
Bintang itu cinta
Karena semua Dia ciptakan dengan cinta
Engkau tak nyata
Namun dapat dirasa
Akal tak mampu membaca
Hanya hati yang peka
Mawar itu cinta
Laut itu cinta
Bintang itu cinta
Karena semua Dia ciptakan dengan cinta
Engkau tak butuh makna
Tak jua dengan alasan
Semua karena cinta
Akan tumbuh sejuta kekuatan
Mawar itu cinta
Laut itu cinta
Bintang itu cinta
Karena semua Dia ciptakan dengan cinta
Kau tak perlu dicari
Selalu hadir di denyut nadi
Bahkan bila akhirnya waktu terhenti
Cinta selalu ada dengan bentuk tersendiri
#langitsenja
0 komentar:
Posting Komentar